Tuesday, March 04, 2008

Ratapan Lebaran

Udara pagi serasa butiran embun es yg mengguyur badan. Tidak berlebihan untuk menggambarkan cuaca musim dingin negeri 'milyun imarah' (sejuta apartemen). sayup2 takbir mulai menggema selepas shubuh di lorong2 kota Kairo. Masyarakat Mesir tidak mengenal adat 'malam takbiran' layaknya di tanah air. meski terkadang kurang meriah tanpa 'malam takbiran', kami lebih pro dengan kondisi ini. Paling tidak dari 4000an orang indonesia disini tidak satupun terluka atau 'mengantar nyawa' gara2 ikut takbiran layaknya di tanah kelahiran kita. Buat apa takbiran kalau ujung-ujungnya tawuran?!
'Ritual suci' ini selalu ternoda oleh oknum2 'pemuja emosi' yg tidak mau menggunakan akal sehat dan perasaan. Darah berceceran, nyawa berterbangan. Lantas, apa yang patut dibanggakan dengan semua itu? masih adakah dalih untuk mempertahankannya?

Pagi 'penuh ma'af' dan keceriaan itu sangat ditunggu. Kami bersantai dan ngobrol di ruang tamu sambil sesekali meneguk teh hangat. Sebagian teman masih asik--berhari raya dengan keluarga di tanah air--didepan komputer. Fasilitas telepon via internet dengan perantara 'Ssfone' memang 'berharga ekonomis' dengan kualitas suara bisnis. Dari teras tampak 'Mashriyyin'--orang2 Mesir-- berduyun-duyun menuju tempat shalat ied. Kami belum beranjak keluar rumah meskipun shalat Ied-nya 'Mashriyyin' sudah didirikan. Apakah kami tidak shalat ied?
Upsss...! jangan buru-buru berprasangka yang tidak baik sebelum tau fakta sebenarnya. "Jauhilah sebagaian besar sangkaan-sangkaan." Seperti itu Islam menuntun umatnya termasuk kita. Perpecahan; kesalah pahaman yang berujung pertikaian sering mengakar dari prasangka.

Sangat mengherankan, Panitia shalat ied dari KBRI menunjuk Masjid As-Salam sebagai tempat shalat ied-nya 'andunisiyyin'--orang indonesia-- selepas jama'ah 'mashriyyin' pulang kerumah. "Mungkin supaya KBRI gak repot menyewa mobil jemputan," Pikirku. Cukup logis karena Masjid As-Salam terletak di Madinat Nasr yang disana mayoritas mahasiswa indonesia bermukim. Jauh dari kawasan KBRI di Madinat garden. "oh... cari suasana baru kali, masak di KBRI mulu." komentar teman sekenanya.

Dengan berpakaian ABG di musim dingin kami menuju Masjid As-salam bermodal 25 pister sebagai ongkos 'tramco'(angkot).
Selepas shalat dan mendengarkan khutbah Ust Faiz, Lc bin Syukran Makmun, para jama'ah beranjak ketempat 'halal bi halal' dan makan bareng. Setiap Organisasi Kekeluargaan menghidangkan menu andalannya. "jarang-jarang makan ayam bakar ala indonesia," syukurku dalam hati.

Malam Hari, usai shalat masjid kami memenuhi undangan Dubes kairo beserta stafnya di wisma Duta. Acara in bertajuk "open house; ramah tamah dan malam perpisahan" buat Prof. Dr. Bachtiar Aly, MA yang akan demisioner bulan november tahun 2006. Kami menyantap lontong sayur dan beberapa tusuk sate yang cukup nikmat dengan sajian ala Bazar di Taman rerumputan.

Sepanjang perjalanan pulang kami susuri tepi sungai nil yang begitu padat. Penuh sesak mobil dan lalu-lalang orang Mesir. Sungai nil ikut berpesta dengan pantulan lampu perahu boat dan kafe terapung. Pesta tiga malam selalu menghiasi pinggiran nil setiap tanggal 1 sampai 3 syawal. Entah sampai kapan...

No comments: